Relungan Jumat
Intuisinya begitu menyiksa.
Layaknya pecandu yang menggigil demam.
Tersiksa ketika datang bisikan durja.
Wahai, sang Penenang abadi.
Balutlah tubuh beserta hatinnya.
Hindarkan ia dari malapetaka nyata.
Sudah cukup lama makluk itu menderita.
Melawan perasaan Dosa yang menghantui.
Bak gelombang dahsyat yang menggulung raga.
Hatinya tak berdaya lagi.
Ia terkadang pasrah.
Terkadang bersimpuh tanpa meminta.
Kosong tanpa akal.
Tuhan, apa yang salah dengan dunianya?
Akankan ia selalu seperti itu?
Jika merasuk murka hidupnya,
Hamba merintih, dengan isakan tangis, bathin ini tak sanggup lagi bernapas.
Membuka mata menatap rupa cipta fana yang sesaki dunia.
Apalah daya, ia tersungkur berbalut dosa.
Sungguh merugi, ia sebenarnya terlunta-lunta.
Ia tertipu rayuan dunia.
Ditangannya tergenggam duri pembawa sengsara.
Namun ia tak menyadari.
Duhai, anak Adam.
Bebaskan!
Merontalah!
Putuskan jeratan dunia yang meracuni tubuh ragamu.
Lebih baik ia miskin dalam kesyahduan Ilahi.
Daripada, berjaya dalam kemurkaan.
Komentar